POTRET GEREJA KATOLIK SANTA MARIA TUGUMULYO

A. GAMBARAN FISIK GEREJA

1. Narna Paroki: “SANTA MARIA TUGUMULYO”. Foto gedung gereja dan papan nama terlampir.
2. Peta Wilayah Paroki (terlampir)
a. Tercermin dalam jawaban dan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
b. Jarak tempuh:
terjauh: 60 km, terdekat; 0,25 km.
- Kondisi jalan: rata-rata baik, kecuali pada musim hujan ada bagian-bagian yang sulit ditempuh.
- Keadaan jalan: jalan darat.
- Kendaraan:- sepeda 1 buah, kondisi baik;
sepeda motor 2 buah kondisi baik;
- mobil 1 buah kondisi baik;
c. Desa yang sedang berkembang.

3. Sejarah paroki.
Kolonisasi (transmigrasi) Tugumulyo dibuka untuk:
• Kampung A, B, C, D tahun 1937
• Kampung B, F, G, H tahun 1938 Kampung I,J, K, L tahun 1939
• Kampung L, M, 0, P, Q tahun 1940
• Kampung R, S, T, U tahun 1941
Pada tahun-tahun di atas di Tugumulyo tidak ada orang-orang Katolik, kalau ada orang Katolik dan Jawa di sini tidak tampak (hilang). Karena di Tugumulyo (Lubuk Linggau) tidak ada Katolik. Tahun 1941 perang antara Belanda melawan Jepang, Belanda kalah, banyak Belanda diinternir di Belalau termasuk Pastor Naellen.
Dari penjajahan Jepang sampai perang antara Belanda dan Indonesia orang Katolik di Indonesia belum menampakan diri, baru setelah selesai agresi Belanda II tahun 1950 ada seorang yang bernama Pak Suro Dihanjo, dia seorang pegawai jawatan agama Katolik.
Dia masuk ke Tugumulyo menghimpun orang-orang Katolik yang berasal dan Jawa untuk dibina. Orang-orang Katolik itu ialah:
• Bapak Hanjo Piyono dan ibu (semuanya Katolik).
• Bapak Tjitro Sudiro (Katolik dan ibu (belum Katolik)
• Bapak M. Dullah (Katolik) dan ibu (belum Katolik)
• Bapak Hanjo Utomo (katolik) dan ibu (belum Katolik).
• Bapak Gimo (Katolik) dan ibu (belurn Katolik)
• Bapak Sakikin (Katolik) dan ibu (belum Katolik).
• Bapak Danmo Suharto (Katolik) dan ibu (belum Katolik).
Pada tahun 1950 itu Pak Suro Dihanjo mebawa Pastor Naellen yang baru dikeluarkan dari interniran Belallau. Beliau selalu selalu keliling kerumah orang Katolik tersebut, akhirnya orang-orang Katolik tersebut dapat dihimpun di desa G. Mataram, di rumah Bapak Sakimin. Tiap hari Minggu diadakan Misa Kudus, yang dapat menerima Sakramen Mahasuci hanya 2 orang, yaitu Bp. Hanjo Piyono dan ibu. Lainnya belum bisa. Pada tahun itu juga (1950-an) sejarah perkembangan Gereja katolik makin berkembang:
• Pak Tjitro bergerak di Kampung Y, Ngadirejo, berkembang baik.
• Pak Sakimin bergerak di Kampung G, Mataram, berkembang baik.
• Pak Dullah beregrak di Kampung P, Mandihanjo, berekembang baik.
• Pak Gimo beregerak di Kampung A, Widodo, kurang baik.
• Pak Danino Suharto, bergerak di Kampung K, Kali Bening, kurang
berkembang.
• Pak Harjo Piyono bergerak di Kampung K, Kali Bening, kurang
berkembang.
• Pak Harjo Utomo membantu Pak Tjitro di Kampung Y, Ngadirejo.

Setelah berjalan beberapa bulan isteri dan Pak Tjitro, Pak Dullah, Pak Harjo Utomo, masing-¬masing mengikuti suaminya menjadi Katolik. Sernentara Pak Sakimin, Pak Gimo, Pak darmo terpaksa menceraikan isterinya dan ganti isteri.
Tahun 1950 itu juga, 7 orang tersebut langsung menjadi Dewan Gereja yang diketuai Bapak Harjo Piyono dan sekretarisnya Pak Dullah.
Dewan Gereja itu mengirim surat kepada Monsinyur waktu itu Pastor Maikel, isi surat, mohon agar pastor Naellen ditetapkan membimbing umat katolik di Tugumulyo, dan akhirnya dikabulkan.
Umat kampung Y, Ngadirejo yang pertama-tama berkembang. Maka persetujuan umat mendirikan kapel darurat, tiang terbuat dan kayu bulat, dinding papan dan atap ilalang yang ukurannya kurang lebih 5 x 12 m. Tempatnya numpang di tanah Pak Sakimin. Kapel ini sangat berdekatan yang Pastor juga tinggal di situ.
Belum lama kapel digunakan untuk misa dan lain-lain, kebetulan Romo baru pergi ke Palembang, rumah Pak Sakimin atau rumah tempat Romo tinggal terbekar habis, suatu mukjizat kapel yang sangat berdekatan dengan rumah itu tidak terbakar. Kapel terus digunakan seperlunya.
Baru kira-kira tahun 1951 misi membeli tanah dar rumah Pak Lurah Pawiro Utomo. Akhirnya didirikan Gereja yang semi permanen. Yang mengenjakan gereja tersebut Pak pawiro Utomo.Sekarang gereja tersebut digunakan sebagai aula Gereja St. Maria Tugumulyo. Umat ikut andil dalam pembuatan altar kayu merbau, yang diameternya kurang lebih 1,5 m. Pekerjaan dikerjakan bergotong royong dan sampai dengan sekarang altarmasih digunakan. Pastor yang memipin paroki ini berganti-ganti sehinga penulis tidak tahu lagi urutannya. Pastor-¬pastor itu antara lain: P. Naellen, P. Weisten, P. Bost, P. Adi Suprobo, P. Bonce, P. Kussio, P. Harry Subekti, P. Roesman, P. Madya Sukarta, P. Ambar, P. Basiran, dan yang sekanang P. Alex Miskat.
Ada waktu Gereja semi permanen didiikan tahun 1952, umat Katolik sudah meningkat kurang lcbih 200 jiwa.
Perkembangan umat Katolik ini juga ditunjang tenaga katekis dan Jawa yaitu Bp. Wiknyo Suwito. Pak Wiknyo jika bertuga s di kampung Y, Ngadirejo, dibantu oleh Pak Tjitni dan Pak Rejo Suwamo. Kalau bertugas di P dan sekitarnya dibantu oleh Pak Dullah. Setelah umat katolik benar-benar berkembang, maka Kampung P mendirikan kapel dan disusul kampung-¬kampung lainnya, seperti Kampung T, Y, dan Petung.
Sekarang perkembangan itu terus benjalan yang terdiri dari anak-anak dan cucu-cucu. Inilah sekilas sejarah yang penulis ketahui tentang berdiri dan berkembangnya Gereja Katolik St. Maria Tugumulyo. Mudah-mudahan dapat berguna bagi generasi mendatang.

Periode Perkembangan
a) Sepuluh tahun I: tahun 1952-196 1 = menghimpun umat pendatang darn Jawa (Kolonisasi)
b) Sepuluh tahun II: 1962-197 1 = penambahan umat secara drastis sebagai pemenuhan tuntutan negara dan perlindungan darn nasa aman.
Situasi ekonomi masyarakat sangat jelek, sehingga pastoral Gereja bensifat kanitatif.
Latar belakang menjadi Katolik sekadar untuk mendapatkan nasa aman dan kebutuhan ekonomi kibatnya banyak uinat tidak berkembang dalam imannya, Meskipun demikian ada juga umat yang berkembang imannya dan menjadi militan.
c) Dasawarsa III: 1972 — 1981
• kehadiran Pansos memberikan arah baru dalam pengembangan umat hal sosial ekonomi dan juga pengembangan iman, meskipun masih memberikan bantuan sosial karitatif.
• Mulai merintis pembentukan dewan Paroki atau Pamong paroki.
• Pemekaran wilayah pelayanan pastoral mencakup wilayah kecamatan Megang Sakti dan sekitarnya.
• Sarana / prasrana banyak dilengkapi oleh Pansos
• Paroki Tugumulyo menyelenggrakan tahbisan 2 imarn : P. Al. Sudarso, SCJ dan Y. Endrokaryanta, SCJ.
• Lahirnya pola Katekis sukarela
d) Dasawarsa IV: 1982- 1991:
• Pembenahan manajemen Dewan paroki
• Mekanisme kerja dewan paroki yang dilengkapi urajan kerja dan program kerja Dewan paroki.
• Kelompok ketegorial mulai diperhatikan.
• Pendataan anggota warga Katolik mulai diinventarisasikan.

e) DasawarsaV: 1992-2001:
• pesatnya perkembangan umat paroki Tugumulyo mempengaruhi terhadap pemahaman dan penghayatan iman.
• Perkembangan sarana ibadat disesuaikan dengan perkembangan jumlah umat.
• Perkembangan gedung Gereja paroki dimulai tahun 1993. Didirikan! diberkati tahun 1994 oleli uskup Palembang, Mgr J.H. Soudant, SCJ.
• Tahbisan Imam putra Tugumulyo:
1). Rm Paulus Sarmono, SCJ tahun 1994
2). Rm Budiharyono, SCJtahun 1995
3). Rm L. Suwanto, SCJ tahun 1997 termasuk tujuh imam lain.
• Pecanangan visi dan misi paroki St. Maria Tugumulyo. Visi: Paroki St. Maria yang mandiri dalam kebersamaan dan persaudaraan.
• Program kerja paroki diarahkan pada pesta emas Paroki tahun 2002:
•. Pembenahan sarana fisik
• Spiritualitas hidup umat
• Mengalang partisipasi umat dalam swadan
Keterlibatan umat khususnya dalam hidup menggereja

Kesimpulan Akhir dan 5 Periode:
• Kedewasaan dan kemandirian umat nampak dalam benih-benih panggilan yang mulai tumbuh subur.
• Melalui instansi pendidikan dan kesehatan mendukung kesaksian iman di dalam masyarakat
• Peranan guru dan tokoh-tokoh masyarakat Katolik diterima dan diakui masyarakat secara umum.
4. Keadaan masyarakat:
• Ekonomi : - agraris- rata-rata sedang
• Sosial - terdiri dari banyak suku, mayoritas Jawa
semangat gotong-royong masih ada.
• Politik : - tidak terlalu terasa
- umumnya tenang
• Budaya : - budaya Jawa dominan
• Kehidupan beragama:
- masing-masing kelompok memiliki antusiasme yang tinggi
- kehidupan antarumat beragama relatif baik.
- urutan kelompok umat beragama antara lain: Islam,Katolik,
dan kristen
- semangat oikumene baik.
• Kekhasan masyarakat: gotong royong, arisan rumah, menyelenggarakan hajatan secara royal, takhayul/mistik masih kuat
• Wilayah yang ada ftmdamentalis: kelompok suku Minang.
5. Jumlah Umat dan Perkembangannya:
• Perkembangan umat rata-rata pertahun:
• Peta harapan untuk dikembangkan: sangat memungkinkan karena ada
pembukaan pemukiman baru/daerah transmigrasi.
6. Susunan Dewan Paroki:
- Struktur dan personalia Dewan paroki terlampir.
- Peranan dan keberadaan Dewan Paroki dalam reksa pastoral: diakui, dirasakan dan diterima oleh umat sebagai penggerak umat dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat, antara lain: pembinaan iman umat, menumbuhkan partisipasi umat dalam pendanaan paroki.

7. Visi Paroki: Kisah Para Rasul 2:41-47.
- Kemandirian dalam suasana kebersamaan dan persaudaraan
- Penjabaran dan visi paroki:
a) Bertekun dalam pengajaran para rasul dan doa : melaksanakan pendampingan umat (paroki tidak memiliki katekis full timer)
b) Persekutuan dalam hal dana ; memberikan bantuan karikatif kepada umat yang kekurangan
c) Bertekun dalam ibadat : kecuali ekaristi juga ibadat sabda di lingkungan/kring
d) Sehati sejiwa: mengatasi permasalahan paroki secara sadar dan bersama-sama
e) Umat diterima di dalam masyarakat: di tempat tinggal masing-masing umat dapat bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lingkungannya.
- Kendala dalam penjabaran:
a) Kekurangan tenaga pendamping/penggerak
b) Pendamping tidak berlatar belakang katekis
- Pengaruh kehidupan sosial masyarakat:
a) Domisili umat yang saling berjauhan
b) Tingkat kesadaran umat dalam menggereja
- Daya dukung:
a) Semangat sebagian besar para aktivis paroki
b) Kesadaran pola pikir umat sehingga mudah diajak berpartisipasi
c) Pengaruh kehidupan sosial masyarakat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Para Imam yang Pernah Berkarya di Paroki Katedral Santa Maria

Sejarah singkat gereja